Advertisemen
aura insani - Dari berbagai riwayat yang ada dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang telah meninggal mempunyai hubungan dengan orang-orang yang masih hidup. Orang-orang yang telah meninggal dunia mengetahui jika orang-orang menziarahi mereka dan jika orang-orang yang masih hidup menjalin hubungan dan akrab dengan mereka.
Pada kesempatan tertentu kepada orang-orang yang masih hidup dianjurkan untuk mengambil pelajaran dari mereka dan sebelum kemampuannya hilang supaya mengganti masa-masa lalunya yang kurang baik dengan perbuatan-perbuatan baik.
Namun kebutuhan orang-orang yang telah meninggal lebih banyak dari pada orang-orang yang masih hidup karena mereka tidak mampu lagi untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan dan orang-orang yang masih hiduplah yang mampu melakukan sebagian kebaikan-kebaikan sehingga bisa menyebabkan diampuninya orang-orang yang telah meninggal dunia itu atau membawa derajat mereka ke arah yang lebih tinggi.
Riwayat-riwayat berikut menerangkan tentang hal ini:
Rasululullah Saw bersabda, “Aku bersumpah demi Tuhan yang hidupku dalam bimbingan-Nya, jika mereka (kerabat mayit) mengetahui keadaan dan kondisi seseorang yang telah meninggal dunia dan mendengar perkataan mereka, maka ia akan membiarkan orang yang meninggal itu dan akan menangis sendirian (menangisi dirinya sendiri). Sehingga akhirnya jenazah itu dibawa ke pekuburan dan jenazah itu berseru, ‘Hai anak-anakku! Janganlah biarkan dunia mempermainkamu seperti ia mempemainkan diriku. Aku menyatukan harta yang halal dan haram kemudian memberikan kepadamu dan harta ini sampai kepadamu tanpa susah payah. Susah dan jerih payahnya untukku. Jauhkanlah diri kalian dari bala yang menimpaku sehingga kalian tidak akan tersiksa sepertiku.”
Imam Shadiq As bersabda, “Setiap seorang Muslim berbuat amal saleh untuk orang-orang yang meninggal dunia, maka ia akan mendapat pahala dua kali lipat dan orang-orang yang meninggal pun mendapat kebaikan dari kebaikan dan pahala itu.
Salat, sedekah, haji, kebaikan dan doa yang ia panjatkan bagi orang-orang yang telah meninggal maka akan masuk ke kuburannya dan akan sampai kepadanya, pahalanya akan dicatakan bagi orang yang mengerjakan amal kebaikan itu dan orang yang telah meninggal itu.”
Ishak bin Ammar bertanya kepada Imam Kadzim As. Aku berkata, “Apakah orang-orang Mukmin tahu tentang siapa-siapa yang menziarahi kuburannya? Imam menjawab, “ Iya, selama peziarah masih di atas kuburannya, ia akrab dengan orang yang mengunjunginya dan ketika kepala peziarah bangun (beranjak pergi) dari kuburannya, maka ia akan merasakan ketakutan.”
Pembaca Tausiyah Galih Gumelar, Namun sampai saat ini belum ditemukan hadis-hadis yang mengacu kepada cepatnya dikabulkannya doa orang-orang yang meninggal kepada orang-orang yang masih hidup atau orang meninggal dunia mendoakan orang yang masih hidup.
Dari beberapa riwayat yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa doa anak di atas kuburan orang tua adalah mustajab dan dianjurkan bahwa bahwa seseorang supaya menziarahi kuburan mereka dan menginginkan hajat dari Allah Swt.
Imam Shadiq As meriwayatkan dari Imam Ali As, “Ziarahilah orang-orang yang meninggal, karena mereka akan senang menemuimu. Setiap kali seseorang menginginkan sesuatu, pergilah ke kuburan ayah dan ibu dan berdoalah bagi mereka dan mintalah hajat dari Allah Swt.”
Demikian juga, sekelompok riwayat yang lain menyatakan bahwa kebaikan yang dilakukan untuk ayah dan ibu setelah kematian mereka, bagi anak yang tadinya tidak memperoleh keridhaan orang tua selama hidupnya kini dengan melakukan kebaikan atas nama mereka akan mendatangkan keridhaan orang tua yang telah meninggal.
Imam Shadiq As bersabda, “Kadang-kadang orang tua meninggal dunia dalam keadaan menolak anaknya, namun anak itu mendoakan orang tuanya sehingga memberikan kebaikan kepada anak itu dan anak itu akan tertulis sebagai orang-orang yang terpuji.”
Kami ingatkan bahwa perhitungan amal bagi para wali Allah adalah berbeda dan Allah Swt dengan kehendak-Nya sendiri memberikan kebebasan kepada mereka sehingga mereka dapat memberikan syafaat kepada orang-orang yang masih hidup dan mengharapkan terkabulkannya doa mereka dari Tuhan.
Referensi :
[1] Sya’iri, Muhammad bin Muhammad, Jami’ al-Akhbār, hal. 170, Muthba’ah Haidariyah, Najaf, tanpa tahun.
[2] Syaikh Shaduq, Man Lā Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 1, hal. 185, Daftar Intisyarat Islami, Qum, 1413.
[3] Ibid.
[4] Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, Kāfi, jil. 1, hal 228, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Tehran, 1407.
[5] Ibid, hal. 230.
[6] Dailami, Hasan bin Muhammad, Irsyād al-Qulub ila al-Syawāb, jil. 1, hal. 195, al-Syarif al-Radhi, Qum, 1412.
Sumber : Islam Quest dan berbagai Sumber Lainnya
Advertisemen